Search This Blog

Wednesday, June 29, 2005

Anonim


Kode etik, bagi wartawan adalah sebuah pedoman untuk bertindak. Dengan kode etik ini wartawan akan mendapatkan rambu-rambu: mana yang boleh, mana yang tidak. Pedoman memang diperlukan, mengingat dalam bekerja seorang wartawan acap kali masuk wilayah abu-abu.
New York Times dikenal sebagai salah satu media yang mengatur secara ketat etika wartawannya. Intinya adalah: kepercayaan pembaca harus dijunjung tinggi. Karena itu, berita adalah berita. Ia harus dibedakan dengan tegas dari iklan, opini, dan pesan sponsor lainnya.
Tak berarti New York Times bebas dari dosa. Awal 2005 ini New York Times terkena skandal sumber fiktif dan cerita fiktif oleh salah satu wartawannya, Jayson Blair. Setelah itu, koran ini merevisi aturan main mengenai pemuatan sumber anonim.
Kasus New York Times, juga persoalan sumber anonim yang menimpa berbagai media, termasuk GATRA, membuat saya melakukan introspeksi. Sumber anonim yang semula dimaksudkan untuk melindungi yang bersangkutan dari bahaya yang mengancamnya bila membuka informasi, sering direduksi akibat kemalasan bekerja. Kriterianya diperlonggar.
Apalagi, secara jurnalistik, sumber anonim memang bobotnya jauh lebih rendah ketimbang yang identitasnya terbuka lebar.

29 Juni 05

No comments: