Search This Blog

Saturday, November 26, 2005

Lobster Memang Enak


LOBSTER bukan makanan murah. Di Pangandaran, Cilacap, Gunugkidul, atau perairan Bali, kehadirannya hanya sesekali. Sekarang ini tatkala nelayan tengah dirundung persoalan BBM, mereka mendapat masalah lain lagi: mencari lobster susahnya minta ampun.

Penyebabnya, terjadi penangkapan melebihi kapasitas. Dalam bahasa resmi pemerintah, terjadi overfishing, alias penangkapannya melebihi kapasitas lestari. Penangkapan lobster semena-mena menyebabkan satwa
laut itu kini terancam punah. Padahal pembudidayaan jenis yang jadi
komoditas ekspor itu belum dilakukan.

Kawan saya, Susi Pudjiastuti, pengusaha lobster dari Pangandaran, mengeluhkan soal itu. ‘’Nelayan sini serakah. Udang kecil-kecil ditangkapi. Padahal kalau mereka mau menunggu sebentar saja, lobsternya akan jadi mahal,’’ katanya. Lobster kecil, seukuran jari paling harganya Rp 20.000. Kalau mau menunggu tiga bulan, harganya bengkak menjadi Rp 100.000.

Keluhan Susi itu mirip dengan ucapan kolega saya lainnya, Pak Sarwono Kusumaatmadja, sewaktu masih menjadi menteri kelautan. Sewaktu mengunjungi para nelayan di Cirebon, pada 1999, Pak Sarwono, yang kini adalah petinggi di Dewan Perwakilan Daerah, menekankan pentingnya pengendalian penangkapan udang laut besar alias lobster. Misalnya dengan mengeluarkan peraturan bahwa lobster bertelur dan yang ukurannya kurang dari sekian sentimeter dilarang ditangkap.

Tapi, kalau peraturan itu dikeluarkan, muncul pertanyaan berikutnya: emangnya siapa yang bakal mengawasi?
************

Aneh juga, Indonesia, yang perairannya melimpah ruah ini, sampai kesulitan mengembangbiakkan lobster. Tapi ini mungkin salah satu ciri negara yang kelebihan sumber daya. Pernah baca kan, tulisan Joseph Stiglitz? Sekadar mengingatkan, Stiglitz adalah mantan guru besar ekonomi Universitas Harvard. Ia kini Direktur Program Earth Institute, Columbia University.

Stiglitz mengingatkan, di negara yang kaya raya sumber dayanya, warganya cenderung tidak kreatif. Lihatlah negara-negara Arab, yang kaya sumber daya minyak. Ternyata pertumbuhan ekonominya jeblok. Industrinya juga tidak maju-maju juga.

Untunglah –kalau dibilang untung ya—budidaya lobster di air darat mulai digalakkan. Di Yogya, tepatnya di Dusun Sempu, Desa Pakembinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, budidaya itu tengah dicoba. Para petani pemilik lahan diminta membiakkan lobster.

Budidaya untuk pembesaran lobster air tawar bisa menggunakan dua
cara. Pertama, metode Extreme Density Unit (EDU) yang mengejar
kepadatan individu per meter persegi. Metode EDU biasanya digunakan
oleh petani LAT di Australia karena keterbatasan lahan. Dalam petak
satu meter persegi, kepadatan LAT bisa mencapai 800 ekor.

Kedua, metode bak atau kolam terbuka yang dibuat permanen atau
semipermanen. Dinding kolam harus disemen supaya LAT tidak keluar
kolam. Kepadatan bak terbuka, ujar Hari, berkisar antara 20-25 ekor
per meter persegi. Metode ini cocok untuk petani ikan di Sleman yang
ingin membudidayakan LAT.
Sayangnya, saat ini masyarakat belum banyak yang mengetahui
budidaya LAT untuk konsumsi. Beberapa petani yang membudidayakan lobster darat masih dalam tahap penjajakan. Skala budidaya juga masih kecil, berkisar antara 500-1.000 ekor per orang. Mereka tersebar di daerah Medari, Berbah, dan Kalasan.
*********

‘’Enak lo, maem lobster,’’ kata Mommy. Dagingnya mantap. Bumbunya bikin ketagihan.

Mommy memasak lobster dengan bumbu sederhana. Kecap, bawang merah, dan cabe rawit. Bawang dan cabe itu diiris, diberi kecap, kemudian ditambah peresan jeruk nipis. Rasane: uenak tenan. Lobster yang sudah direbus kemudian dicelupkan ke kuah kecap itu.

Bagi yang belum terbiasa mengonsumsi lobster, mungkin agak kesulitan sewaktu mengupasnya. Kulitnya memang keras. Bisa-bisa jari kita keiris kulit yang keras.

Saya semula mengalami kesulitan serupa. Tapi sewaktu ketemu Susi Pudjiastuti sekitar enam bulan lalu, ia mengajari saya teknik sederhana: pegang kepala lobster, tangan kita satunya memegang badannya. Setelah itu kepala lobster diputar. Klok!!! Lobster gampang dikupas.

Tapi jangan terlalu sering masak lobster di rumah. Bikin ketagihan? Bukan. ‘’Harganya itu lo. Nggak tahan….’’

3 comments:

goestaf said...

Barangkali lobster laut memang agak sulit untuk dibudidayakan disamping membutuhkan habitat seperti lingkungan aslinya (coral) yang rumit, bibitnya juga susah didapatkan.

Obat Pembesar Payudara Herbal said...

makasih informasinya..

yanmaneee said...

pandora
longchamp
supreme outlet
curry 7 shoes
pandora
kyrie 6
off white jordan 1
bape hoodie
stephen curry shoes
kd 12 shoes